Diambil dari Kompas Online, Jumat, 7 September 2007
*************************************************
*************************************************
Sebelum lepas dari Provinsi Sulawesi Selatan, wilayah Sulawesi Barat saat ini dulu lebih dikenal sebagai daerah Mandar. Sebutan itu mengacu pada mayoritas penduduknya yang berasal dari etnis Mandar.
Sejak berdiri sendiri sebagai Provinsi Sulawesi Barat (Sulbar) 5 Oktober 2004, daerah ini terus berbenah mengejar ketertinggalan. Maklum, dulu terpinggirkan.
Wilayah Sulbar meliputi Kabupaten Mamuju, Mamuju Utara, Majene, Polewali Mandar, dan Mamasa. Jalan penghubung antarkabupaten sudah beraspal, dengan transportasi yang mudah dari simpul utama di Makassar, Sulawesi Selatan. Dari Makassar, untuk mencapai ibu kota Sulbar, Mamuju, dibutuhkan waktu sekitar 10 jam melalui darat.
Provinsi baru ini mengandalkan sektor perkebunan kakao, kelapa sawit, dan perikanan tangkap. Kelompok sektor pertanian itu menyumbang sekitar 55 persen (2005) dari total Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB).
Perkebunan kakao dan kelapa sawit menjadi sektor yang diunggulkan. Lahan kakao yang sudah diusahakan mencapai 99.000 hektar (ha) dengan produksi 76.000 ton. Kelapa sawit baru 10.000 ha, tetapi lahan yang tersedia 45.000 ha. Perkebunan kelapa sawit terbesar ada di Mamuju.
Sektor perikanan tangkap juga menjadi andalan dengan turunannya industri pengolahan ikan. Sektor ini banyak ditekuni karena terbatasnya lahan pertanian. "Di sini lebih banyak pegunungan batu yang setengah mati mengolahnya. Pertanian tidak mungkin berkembang," ujar Kaharuddin (28), warga Dusun Balemban, Pambusuang, Polewali Mandar.
Di kampung-kampung nelayan itu berkembang juga industri rumah tangga seperti tenun sutra dan pengasapan ikan. Industri rumah tangga itu belum berkembang karena dukungan modal, peralatan, dan pemasaran masih lemah.
Di sektor pariwisata, Sulbar baru dikenal dengan Sandeq Race. Lomba balapan perahu sandeq itu menjadi gelaran akbar yang menyedot wisatawan lokal, tetapi belum mampu menarik wisatawan asing.
Pembangunan sektor pariwisata menjadi perhatian Gubernur Sulbar Anwar Adnan Saleh, dengan mengalokasikan dana sekitar Rp 300 juta untuk sandeq race yang dikaitkan dengan promosi beberapa lokasi wisata lain, yaitu Pulau Karampuan, Kuburan Tua Laksa Laga, Masjid Nurut Taubah Lapeo di Polewali Mandar, dan Pantai Bahari Lombang-Lombang Mamuju. Sulbar memang belum mencapai perkembangan yang memuaskan. Mamuju belum bisa menjadi bandar besar untuk mengimbangi Makassar.
Padahal, Kerajaan Mandar pernah berjaya di abad ke-16, dengan membentuk federasi tujuh kerajaan di muara sungai (pitu ba'bana binanga). Federasi itu kemudian bergabung dengan tujuh kerajaan di hulu sungai (pitu ulunna salu).
Maka, Mandar yang pernah tergabung dalam federasi pitu ba'bana binanga dan pitu ulunna salu harus dimaknai kembali untuk membangun Sulbar. Di era otonomi daerah, kebijakan di tingkat kabupaten harus sinkron dengan provinsi untuk mempercepat pembangunan.
Semangat itulah yang harus memotivasi masyarakat Mandar dalam mewujudkan kesejahteraan dalam bingkai Sulbar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar