Perahu Sandeq Masyarakat Mandar Terancam Punah

Dimuat di harian Kompas, 15 April 2006
*****************************************

Polewali, Kompas - Perahu tradisional khas masyarakat Mandar, sandeq, saat ini terancam punah. Para nelayan di Sulawesi Barat itu telah beralih menggunakan perahu motor karena perahu jenis ini daya jangkaunya lebih jauh sehingga hasil tangkapan mereka lebih banyak.
Sejumlah nelayan Desa Sabang Subik, Kecamatan Balanipa, Kabupaten Polewali Mandar hari Kamis (13/4) menuturkan, saat ini di permukiman nelayan di Desa Sabang Subik diperkirakan tinggal tiga orang yang masih bertahan menggunakan perahu sandeq. Di desa itu, 95 persen penduduknya adalah nelayan.

"Yang masih menggunakan sandeq hanya menggunakan tidak jauh dari bibir pantai. Paling sekitar 10 mil dari pantai," kata Amang (28), seorang nelayan.

Nelayan sekarang, katanya, umumnya mencari ikan sampai ke Bontang (Kalimantan Timur), Nusa Tenggara Barat, dan Donggala (Sulawesi Tengah) yang jaraknya jauh.

Seorang pembuat sandeq, Taslim (50), membenarkan hal itu. Menurut Taslim, sejak ia membuat sandeq tahun 1982, pesanan sandeq terus merosot memasuki tahun 1990-an.
"Tahun 1970-an hingga 1980- an dalam setahun pesanan sandeq bisa mencapai 30 buah. Tapi, tahun 1990-an hampir tidak ada yang pesan," katanya.

Menurut dia, saat ini jika ada yang memesan sandeq, itu hanya digunakan untuk balapan, bukan digunakan untuk mencari ikan. Itu pun hanya satu tahun sekali saat balapan sandeq digelar pada perayaan Hari Kemerdekaan RI. Harga sebuah perahu sandeq sekitar Rp 30 juta dan dikerjakan sekitar dua bulan.

Senada dengan Taslim, pembuat sandeq asal Desa Bala, Kecamatan Balanipa, Hasanuddin (56), mengatakan, nelayan memilih menggunakan perahu motor karena dengan perahu motor mereka bisa lebih leluasa mencari ikan di lokasi yang jauh.

"Mencari ikan dengan sandeq tetap bisa mencapai jarak yang jauh. Selama ini sudah terbukti, sandeq dapat berlayar hingga Thailand dan Perancis. Namun, karena sandeq hanya mengandalkan layar, maka waktu tempuhnya lebih lama," katanya.

Hal ini, menurut Hasanuddin menghambat nelayan untuk mencari ikan dengan sandeq.
Menurut dia, kendati event balapan sandeq cukup membantu upaya pelestarian sandeq, dia berharap pemerintah setempat atau pemerintah pusat mencari alternatif agar sandeq tidak punah dan tidak lagi hanya untuk balapan. (DOE)

3 komentar:

A.AHMAD YUSUF mengatakan...

KPM-PM (Kesatuan Pelajar Mahasiswa Polewali Mandar)
Sangat Prihatin atas Asset Budaya Mandar ini yg semakin terancam punah dikikis oleh westernisasi & hegemoni, Ingat! Sudah ada issu bhwa negara JEPANG telah mengkLaim Prahu Sandeq adlah Miliknya...!!!
Kami Selaku Mahasiswa Mandar yg ada di Makassar selalu memikirkan & berbuat untuk Melestarikan & Membesarkan Budaya MANDAR...!!
by SEKJEND KPM-PM (A.AHMAD YUSUF)

Anonim mengatakan...

Salam Mandar...
saya mungkin orang bisa yang kurang mengerti tentang Mandar atau kampung halaman saya sendiri, tapi perlu saudara sekalian ketahui tetang issu bahwa Jepang mengklaim Perahu Sandeq sebagai miliknya itu adalah keliru, yang saya tahu, bahwa beberapa Peneliti dari Jepang bersama Peneliti dari Mandar sedang melakukan riset yakni mencoba berlayar dengan menggunakan perahu yang pure dibuat tanpa menggunakan teknologi jaman sekarang, proyek ini dijalankan oleh saudara kita Muhammad Ridwan Alimuddin beserta beberapa teman dari mandar. Yang kiranya apabila sukses berlabuh di Tokyo, kalo tidak salah tepatnya di Okinawa akan di museumkan disana dan dicatat dunia sebagai peninggalan dari orang Mandar...#gimana??

hamyahya mengatakan...

betul....
riset tersebut justru bertujuan membuktikan kehebatan sadeq sebagai perahu asli orang mandar dalam mengarungi lautan tempo dulu....jadi keliru kiranya kalo dianggap adanya klaim tersebut...terimakasih....